Minum Kopi di Kebun Kopi di Bawah Kaki Gunung Rinjani
TERLIHAT jelas sapuan sinar mentari pagi menyapu muka anggun gunung Rinjani saat saya meluncurkan motor tembus rimba. Jalanan yang naik di sejumlah titik, mewajibkan saya serba berhati-hati. Rindangnya pohon kopi di kiri kanan jalan membuat situasi perjalanan berasa dingin.
Kesempatan ini, saya putuskan mengunjungi seorang di kebun kepunyaannya di bawah kaki gunung Rinjani. Saya ingin merasai bagaimana sensasinya menuai kopi langsung di pohonnya. Perjalanan ku tidak begitu jauh dari kampung paling dekat, serta tidak berlalu lama saya juga sampai.Sesudah motor terparkir. Saya melihat seputar. Beberapa pohon kopi nampak buahnya banyak yang kemerahan, serta siap untuk di petik. Saya tidak sendiri.Dua temanku, Agam serta Pia ingin merasai bagaimanakah cara menuai buah kopi. Kami coba temani pak Nursaat bersama-sama istrinya di kebun kopi kepunyaannya.Pak Nursaat mempunyai kebun di bawah kaki gunung Rinjani seluas 2,5 hektare. Di tempat kepunyaannya bukan hanya di tumbuhi dengan kopi saja, tapi ada juga cengkeh, advokat, serta manggis.Dokpri. Lihat kehadiran kami, pak Nursaat menyongsong dengan senyum merekah. Tanpa ada ku meminta dia menerangkan sepintas mengenai kebun kepunyaannya. Sejurus selanjutnya, dia meneruskan menuai sekalian meneruskan narasi.Sebelumnya saya lihat triknya menuai kopi di pohonnya. Tangkai kopi kadang-kadang harus ditarik memakai besi spesial, supaya gampang mencapai buah kopi yang telah masak.Dia menjelaskan, jika yang bagus diambil yaitu kopi yang telah merah merona. Sedang yang masih tetap berwarna hijau didiamkan dahulu bersama-sama pohonnya. Sebab menurut dia, kopi yang diambil akan punya pengaruh pada bubuk kopi yang dibuat. Aroma serta rasa-rasanya akan tidak sama.Dokpri Dengan rindangnya pohon-pohon tidak berasa sinar matahari menyapu semesta. Udara ok demikian sejuk. Dingin. Serta saya kadang-kadang menggosok ke-2 tanganku dengan cara bertepatan, sebab hawanya cukup berasa dingin.Setelah di rasa cukup, saya bersama-sama dua kawanku dibawa nyeruput kopi di bawah rindangnya pohon-pohon di dekat tanah yang nampak terjal.Dalam tempat itu, vewnya benar-benar sangat indah. Dari terlalu jauh, kampung-kampung nampak kecil serta gugusan gunung yang bergelombang membuat hati tidak stop berdecak takjub.Kami berlantaikan dedaunan. Sekalian menyeruput kopi hitam ala gunung Rinjani, kami meneruskan narasi. Rupanya kopi Rinjani telah melalang buana sampai ke luar negeri.Di kebun kepunyaannya Pak Nursaat mempunyai tiga tipe kopi yaitu robusta, arabika serta plung. Dari ke-3 tipe kopi kepunyaannya mempunyai rasa yang berlainan. Rasa-rasanya juga bergantung bagaimana memprosesnya kelak sesudah dikeringkan terlebih dulu.DokpriDokpri Enak menceritakan, mendadak gerimis menyelusup di dedaunan serta tentang tubuh kami. Nampak seputar, kabut mulai menghambat panorama kami. Serta sejurus selanjutnya kami juga putuskan untuk cepat pulang sebelum hujan betul-betul membasahi tanah.Kepingan cerita bersama-sama pak Nursaat dengan kopi hitamnya, memberi pelajaran hidup yang benar-benar bermakna buatku. Dari diri pak Nursaat, saya pelajari nilai ketekunan, semangat share pada sama-sama, serta junjung tinggi nilai egalitarian.
Manfaat Kunyit Untuk Ayam Aduan |